Insights from book : Adab di Atas Ilmu

Rachmelia Nur Insani
4 min readJul 4, 2021

--

Berniat membuat review ala-ala tapi belum se-capable itu untuk ngereview buku dan lebih mengutamakan sharing insight yang didapatkan dari buku ini. Tolong banget temen-temen baca buku ini. Nyesel kenapa baru nemu buku ini. Kalau kalian maba plis baca ini setiap awal semester. Hope you enjoy it!

Nggak sengaja banget lagi keliling toko buku lalu melihat buku ini dan sudah jatuh cinta dengan judulnya. Menuntut ilmu kan sepanjang masa ya, alangkah baiknya kalau cara menjemput ilmunya pun dengan cara yang benar dan berkah. Sebetulnya tertarik dengan buku ini karena memang tertarik banget sama konsep edukasi. Selama ini banyak orang masih terfokus ke apa konten atau ilmu yang ingin dibagikan dan obyek yang dipelajari. Namun, masih sedikit yang sadar pentingnya adab atau manner yang harus diperhatikan selama menuntut ilmu. Lalu apa aja sih hal yang harus diperhatikan saat menuntut ilmu ?

Islam sangat amat meninggikan derajat orang yang menuntut ilmu dan juga menjunjung tinggi niat dalam menuntut ilmu. Bahkan, hadist mengenai penjagaan niat ini sering ditemukan di awal-awal buku dengan tujuan untuk menjaga keshahihan niat. Bahkan Imam Syafi’i menegaskan hadist mengenai amal mengandung niatnya mengandung sepertiga ilmu. Disini tinggi banget ya posisi niat. Harus pandai-pandai mengelola hati biar niatnya lurus. Tapi, pernah nggak temen-temen pengen banget melakukan suatu kebaikan tapi takut dianggap riya’? Hmm.. Berapa jumlah pahala kebaikan yang terhalang ya karena takut riya’?

Meninggalkan perbuatan karena manusia adalah riya’ melakukan perbuatan karena manusia adalah syirik , sebab keikhlasan adalah tentang penjagaan Tuhan terhadapmu dari keduanya-Abu Ali Al-fadhil bin ‘Iyad

Ternyata, dalam menjaga niat, kita tidak boleh yakin cuma mengandalkan kemampuan kita sendiri. Kita harus minta bantuan Dzat yang Maha Membolak-balikan hati. Keep your trust in Allah ya! Jangan takut bergerak. Ulama berkata, “Mungkin memang pada awalnya kita mencari ilmu bukan karena Allah. tapi abaikan saja. ia akan menjadi karena Allah”

Beribadah dalam berilmu dan berilmu dalam beribadah.

Kadang masih ada orang yang suka mengkotak-kotakkan “sedang mencari ilmu” dan “sedang beribadah” seakan-akan ini adalah kebaikan yang sering dibenturkan. Banyak juga orang yang masih berlindung dengan alasan ini untuk menyalahkan orang lain yang tidak sesuai ekspetasinya. “Yahh, sayang banget si A udah umur segitu belum nikah-nikah malah kuliah S3 di luar.” “Yahh, sayang banget si B lulusan PTN cumlaude nggak kerja malah nikah.” Padahal, landasan niat apa yang disematkan di hati mereka. Bisa jadi si A mencari ilmu untuk beribadah, bisa jadi si B beribadah sekaligus mencari ilmu dalam berkeluarga misalnya. Jadi, kita nggak bisa menjustifikasi orang-orang dengan keputusan yang mereka pilih hanya karena tidak sesuai dengan standar sosial. Hal ini juga disepakati oleh kata-kata dari Ibnu Amir ra. :

“Belajarlah agar kalian tidak menjadi orang-orang yang suka berprasangka

Siapa hayo yang masih suka mbatin dan berprasangka sama orang? Sekilas kayak kurang nyambung ya relevansi antara berilmu dan berprasangka. Tapi ternyata banyaknya ilmu berbanding terbalik dengan banyaknya prasangka. Coba deh, kita perhatikan orang-orang yang level ilmunya udah tinggi nggak mudah menuduh orang lain apalagi berprasangka buruk. Kacamata yang digunakan untuk memandang orang seakan-akan diganti dengan lensa kebaikan. Mereka ini bisa melihat kebaikan di seseorang sejahat apapun itu dan dikeadaan seburuk apapun itu. Semakin banyaknya ilmu, semakinlah kita sadar kalau semua orang dititipkan potensi dan semua ilmu yang kita miliki merupakan takdir dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh Allah swt. Hal ini juga yang membuat semakin merunduknya seorang yang berilmu.

Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu menghilangkan perkara-perkara yang dapat menciderai kesungguhan niat kita. Singkirkan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi kita saat belajar. Part yang paling susah menurutku yaitu bersabar. Sabar dalam menuntut ilmu. Sabar disaat orang lain udah jago kita masih stuck disini aja, sabar disaat yang lain belajar bentar udah nyantol kita harus H-3, sabar dalam menuntut ilmu tapi diiringi dengan kepayahan dan kesusahan. Imam syafi’i berkata kalau orang yang mencari ilmu sedang ia dalam keadaan tercukupi, ia termasuk orang yang beruntung. Namun, orang yang mendari ilmu sedang ia dalam keadaan susah disebut orang yang paling beruntung. Jadi, jangan lagi deh ngerasa yang punya privilege yang paling beruntung dan menyurutkan semangat kita. Bergembiralah kalau keuletan kita tidak bergantung dengan keadaan.

Kita juga harus menghormati gurunya dengan tatapan kemuliaan. Bahkan, orang-orang zaman dahulu selalu berdoa agar ditutupi semua aib gurunya dan janganlah dijauhkan dari keberkahan ilmunya. Agak miris sebetulnya melihat fenomena sekarang yang berani nge-kick gurunya dari WA grup, berkata kasar, nyepelein gurunya. Lalu, bagaimana kita bisa memberi manfaat orang lain dengan ilmu kita kalau keberkahannya saja belum diraih? Sedih nggak sih, ngelihat fenomena dimana murid merasa pintar dibanding gurunya lalu bersikap semena-mena. Kalau dengan gurunya saja bisa bersikap seperti itu bagaimana dia melayani orang yang tidak dia kenal dengan ilmunya? Tentu semena-mena juga. Disinilah peran penting mengutamakan adab di atas ilmu. Dimulai dari beradabnya saat menuntut ilmu akan menuntun kita beradabnya kita kepada orang lain. Rasanya percuma kalau kita pintar tetapi digunakan hanya untuk menyalahkan orang lain dan menindas orang yang kurang berilmu. Tidak heran kenapa para koruptor melenggang dengan gelar yang berjejer. Tidak menyalahkan gelarnya, tapi perilaku yang memiliki gelar. Kalau syarat untuk menjadi petinggi hanya dipatok dengan gelar dan mengesampingkan adab, tidak heran kalau dalam perjalanannya menjalankan tugas juga sesuai dengan persyaratan pendaftaran.

Lalu, apa kabar kita yang masih males-malesan disaat Abu Darda’ berkata bahwa mengingat-ingat kembali suatu ilmu selama satu jam jauh lebih baik daripada mendirikan shalat sepanjang malam? Rugi banget kan kalau mencari ilmu dilandaskan untuk dunia semata. Padahal kalau benar-benar menempatkan niat yang lurus, akhirat tercapai dan duniapun mengikuti. Seorang yang berilmu dan baik akhlaknya, sekelilingnya pun akan merasakan manfaat dari pengamalan ilmu dan akhlaknya. Tidak hanya si pemilik ilmu yang merasakan manfaatnya. Harapannya, kita tidak lagi ngerasa beban saat menuntut ilmu ya. Ayo semangat! Kalau temen-temen penasaran sama bukunya, bisa banget ya jadi referensi dan pelecut semangat di awal semester.

“Ketika kau bersusah payah sebagai pencari, kelak kau akan dimuliakan dan dicari-cari”- Ibnu Abbas Ra.

--

--

Rachmelia Nur Insani
Rachmelia Nur Insani

Written by Rachmelia Nur Insani

0 Followers

Verba volant, scripta manent

No responses yet